Nama Kendal diambil dari
nama sebuah pohon yakni Pohon Kendal. Pohon yang berdaun rimbun itu sudah
dikenal sejak masa Kerajaan Demak pada tahun 1500 - 1546 M yaitu pada masa
Pemerintahan Sultan Trenggono. Pada awal pemerintahannya tahun 1521 M, Sultan
Trenggono pernah memerintah Sunan Katong untuk memesan Pusaka kepada Pakuwojo.
Peristiwa yang
menimbulkan pertentangan dan mengakibatkan pertentangan dan mengakibatkan
kematian itu tercatat dalam Prasasti. Bahkan hingga sekarang makam kedua tokoh
dalam sejarah Kendal yang berada di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu itu
masih dikeramatkan masyarakat secara luas. Menurut kisah, Sunan Katong pernah
terpana memandang keindahan dan kerindangan pohon Kendal yang tumbuh di
lingkungan sekitar. Sambil menikmati pemandangan pohon Kendal yang nampak
"sari" itu, Beliau menyebut bahwa di daerah tersebut kelak bakal
disebut "Kendalsari". Pohon besar yang oleh warga masyarakat
disebut-sebut berada di pinggir Jln Pemuda Kendal itu juga dikenal dengan nama
Kendal Growong karena batangnya berlubang atau growong.
Dari kisah tersebut
diketahui bahwa nama Kendal dipakai untuk menyebutkan suatu wilayah atau daerah
setelah Sunan Katong menyebutnya. Kisah penyebutan nama itu didukung oleh
berita-berita perjalanan Orang-orang Portugis yang oleh Tom Peres dikatakan
bahwa pada abad ke 15 di Pantai Utara Jawa terdapat Pelabuhan terkenal yaitu
Semarang, Tegal dan Kendal. Bahkan oleh Dr. H.J. Graaf dikatakan bahwa pada
abad 15 dan 16 sejarah Pesisir Tanah Jawa itu memiliki yang arti sangat
penting.
Sejarah Berdirinya Kabupaten
Kendal
Adalah seorang pemuda
bernama Joko Bahu putra dari Ki Ageng Cempaluk yang bertempat tinggal di Daerah
Kesesi Kabupaten Pekalongan. Joko Bahu dikenal sebagai seorang yang mencintai
sesama dan pekerja keras hingga Joko Bahu pun berhasil memajukan daerahnya.
Atas keberhasilan itulah akhirnya Sultan Agung Hanyokrokusumo mengangkatnya
menjadi Bupati Kendal bergelar Tumenggung Bahurekso. Selain itu Tumenggung
Bahurekso juga diangkat sebagai Panglima Perang Mataram pada tanggal 26 Agustus
1628 untuk memimpin puluhan ribu prajurit menyerbu VOC di Batavia. Pada
pertempuran tanggal 21 Oktober 1628 di Batavia Tumenggung Bahurekso beserta ke
dua putranya gugur sebagai Kusuma Bangsa. Dari perjalanan Sang Tumenggung
Bahurekso memimpin penyerangan VOC di Batavia pada tanggal 26 Agustus 1628
itulah kemudian dijadikan patokan sejarah lahirnya Kabupaten Kendal.
Perkembangan lebih
lanjut dengan momentum gugurnya Tumenggung Bahurekso sebagi penentuan Hari jadi
dinilai beberapa kalangan kurang tepat. Karena momentum tersebut merupakan
sejarah kelam bagi seorang tokoh yang bernama Bahurekso. Sehingga bila tanggal
tersebut diambil sebagai momentum hari jadi dikhawatirkan akan membawa efek
psikologis. Munculnya istilah "gagal dan gugur" dalam mitologi Jawa
dikawatirkan akan membentuk bias-bias kejiwaan yang berpengaruh pada perilaku
pola rasa, cipta dan karsa warga Kabupaten Kendal, sehingga dirasa kurang tepat
jika dijadikan sebagai pertanda awal mula munculnya Kabupaten Kendal.
Dari Hasil Seminar yang
diadakan tanggal 15 Agustus 2006, dengan mengundang para pakar dan pelaku
sejarah, seperti Prof. Dr. Djuliati Suroyo ( guru besar Fakultas sastra Undip
Semarang ), Dr. Wasino, M.Hum ( dosen Pasca Sarjana Unnes ) H. Moenadi ( Tokoh
Masyarakat Kendal dengan moderator Dr. Singgih Tri Sulistiyono. serta setelah
diadakan penelitian dan pengkajian secara komprehensip menyepakati dan
menyimpulkan bahwa momentum pengangkatan Bahurekso sebagai Bupati Kendal,
dijadikan titik tolak diterapkannya hari jadi. Pengangkatan bertepatan pada 12
Rabiul Awal 1014 H atau 28 Juli 1605. Tangal tersebut persis hari Kamis Legi
malam jumat pahing tahun 1527 Caka. Penentuan Hari Jadi ini selanjutnya
ditetapkan melalui Peraturan Daerah ( PERDA ) Kabupaten Kendal Nomor 20 Tahun
2006, tentang Penetapan Hari Jadi Kabupaten Kendal ( Lembaran Daerah no 20
Tahun 2006 Seri E nomor 15 )
Pemerintahan Kabupaten
Kendal Sekarang dan Jaman Doeloe
Kaiwungu pernah berjaya
sebagai pusat pemerintahan sejak awal berdirinya Kabupaten Kendal. Namun karena
kondisi perpolitikan di pusat Mataram pada waktu itu dan adanya pertimbangan
untuk perkembangan pemerintahan, menyebabkan pusat pemerintahan tersebut pindah
ke kota Kendal hingga sekarang. Sehingga akhirnya Kaliwungu hanya digunakan
untuk tempat tinggal kerabat Ayahanda Bupati yang sering disebut sebagai
Kasepuhan. Sedangkan pemerintahannya dijadikan sebagai daerah administrasi
yaitu Distrik Kaliwungu.
Bupati Kendal dan Pusat
Pemerintahan dari Masa ke Masa
1.
Ki Tumenggung Bahurekso, 1605 - 1628.
2.
Ki Ngabei Wiraseca, 1629 -1641.
3.
Ki Ngabei Mertayuda, 1641 - 1649.
4.
Ki Ngabei Wangsadipradja, 1649 - 1650.
5.
Ki Ngabei Wangsawirapradja, 1650 - 1661.
6.
Ki Ngabei Wangsawirasraya, 1661 - 1663.
7.
KRT. Singawijaya, 1663 - 1668.
8.
KRT. Mertawijaya 1668 - 1694.
9.
Kompang ( Wakil ) 1694 - 1700.
10.
KRT. Mertawijaya II 1700 - 1725.
11.
KRT. Mertawijaya III 1725 - 1730.
12.
KRT. Singawijaya II ( Kendilwesi ) 1730 - 1755.
13.
KRT. Sumanegara I 1755 - 1780.
14.
KRT. Sumanegara II 1780 - 1785.
15.
KRT. Surahadinegara 1785 - 1805.
16.
KRT. Adipati Prawirodiningrat I 1805 - 1811.
17.
KRT. Adipati Prawiradiningrat II (Bupati terakhir Kendal dengan
Pusat Pemerintahan masih di Kaliwungu) 1811-1830.
18.
KRT. Adipati Purbadiningrat ( Asal Gresik ) Menantu Bupati P. Ario
Prawirodingrat II 1830 -1850.
19.
KRT. Adipati Sasrahadiningrat 1850 - 1857.
20.
KR. Adipati Ario Notohamiprojo 1857 -1890.
21.
KRT. Adipati Ario Notonegoro Putra Bupati Pangeran Ario
Notohamiprojo 1890 - 1911.
22.
KRT . Adipati Natahanipradja 1911 - 1938.
23.
KRT. Adipati Parwitz Purbanegara 1938 - 1942.
24.
RM. Kusumahudaya 1942 - 1945.
25.
R. Sukarno 1945 - 1948.
26.
R. Ruslan 1948 - 1950.
27.
R. Prayirno 1950 - 1957.
28.
R. Sujono 1957 - 1960.
29.
R. Salatun 1960 - 1965.
30.
Mayor Infantri R. Sunardi 1965 - 1967.
31.
Letkol RM. Suryosusena 1967 - 1972.
32.
Drs. H Abdoes Saleh Ranawidjaja 1972 - 1979.
33.
Drs. H Herman Soemarmo 1979 - 1984.
34.
H. Soedono Yusuf 1984 - 1989.
35.
H. Soemojo Hadiwinoto, SH 1989 - 1999.
36.
Drs. H. Jumadi 1999 - 1999.
37.
H. Hendy Boedoro SH, M.Si - Drs. H. Masdiki Yusak, Mpd 2000 -
2005.
38.
Drs. Suwarto Nasucha, M.Si - Pj. Bupati Kendal 2005 - 2005.
39.
H. Hendy Boedoro SH, M.Si - Dra. Hj. Siti Nurmarkesi, Masa Jabatan
2005 - 2010.
40.
Dra. Hj. Siti Nurmarkesi - Wakil Bupati Kendal yang melaksanakan
tugas dan kewajiban Bupati Kendal, 2007 - 2009.
41.
Dra. Hj. Siti Nurmarkesi, Masa Jabatan tgl 22 Juli 2009 s/d 22
Agustus 2010.
42.
dr. Hj. Widya Kandi Susanti, MM. Terhitung mulai tgl. 23 Agustus
2010 s/d sekarang.
Ketua DPRD Kabupaten
Kendal
Sejak Pemilu Tahun 1955
sampai sekarang DPRD Kabupaten Kendal dipimpin 13 orang, yaitu:
1.
Mardi Hady, 1955-1957
2.
Waluyo Wignjonijoso, 1957-1962
3.
Mardi Hady, 1965-1967
4.
H. Macfudz Amin, 1967-1972
5.
Urip Ischak, 1972-1977
6.
Drs. Hasan Basari, 1977-1980
7.
Achmad Soetrisno, 1980-1982
8.
Achmad Soetrisno, 1982-1987
9.
Sofian Purwosubroto, 1987-1992
10.
Kol. Infantri Kusnadi, 1992-1997
11.
Abu Bakar Wakkano, 1997-1999
12.
Sutrimo, 1999-2004
13.
Drs. H. Ahmat Suyuti, 2004-2009
14.
Anik Kasiyani, 2009-2014
Sumber: Buku Refleksi
Hari Jadi Ke-405 Kabupaten Kendal Tahun 2010.
0 komentar:
Posting Komentar